Rabu, 27 Desember 2017

As-Syafaah TV - Chanel Resmi Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Malang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Bagi segenap Santri dan alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1, jangan sampai ketinggalan untuk mengikuti video kami selanjutnya ya..
Like & Subscribe untuk selalu mendapatkan Update video terbaru kami selanjutnya. Jangan lupa pula untuk selalu membagikan video serta mengisi kolom komentar untuk turut membangun bersama Channel pesantren kita.

#Divisi_Publikasi_PPRU_1

Profil Madrasah Diniyah PonPes Raudlatul Ulum 1 Malang


Lomba Festival Musabaqah Raudlatul Ulum ke-18 Faqro-U


Do'a Nyai. H. Mamnunah Yahya Pada Haul Akbar ke-29


Tahlil KH. Ahmad Hariri Yahya Pada Haul Akbar ke-29


Tembang Sholawat "Syaikhuna Yahya Syabrowi" As-Syafaah


Resepsi Pernikahan Nyai Hilyatud Diniyah dengan Gus Abdul Mujib


Kunjungan Syaikh Muhammad Ismail Al-Yamani ke PPRU 1
***********************************************************************************
Untuk Video yang Lain, Silakan Kunjungi Link di Bawah Ini:

As-Syafaah TV

Like & Subscribe untuk Membangun Channel Kita Bersama.

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan - PPRU 1

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan - PPRU 1

Antara Kalam Yang Mufid dan Kebahagiaan


Oleh: Gus. Muhammad Zamzami Alifi

Di dunia pesantren, tidak ada yang tidak mengenal tata bahasa arab (Nahwu dan Sharaf). Karena pondok pesantren adalah tempat dimana para santri belajar menjadi manusia muslim, dalam aspek tertentu, yang religius. Ini artinya manusia yang diidamkan oleh masyarakat sebagai manusia yang tertanam di dalamnya nilai-nilai keagamaan yang dalam. Namun untuk menuju kesana, bukanlah hal yang mudah bagi para santri, sebab untuk mempelajari beberapa literatur yang mengajarkan hal tersebut menggunakan pengantar berbahasa arab. Sehingga, mau tidak mau, tata bahasa arab adalah satu-satunya jalan keluar, khususnya ilmu Nahwu.

Dalam ilmu Nahwu yang biasa diajarkan di pesantren, pembahasan yang pertama kali dihadirkan kepada para santri tentang disiplin ilmu ini adalah seputar Kalam yang didifinisikan dengan al-lafdhu al-murakkabu al-mufidu bi al-wadl’i, yakni sebuah struktur bahasa yang tersusun dari dua kata (Baca: kalimat)atau lebih, yang memberikan sebuah makna yang berfaidah, serta diucapkan dengan kesengajaan (menurut satu pendapat) atau diucapkan dengan menggunakan bahasa Arab (menurut pendapat yang lain).

Sekilas kita hanya memandang definisi di atas hanya sebagai sebuah kata pengantar untuk memahami konsep dari term Kalam itu sendiri. Sehingga dengan mengetahui konsep dari Kalam ini para pelajar ilmu Nahwu akan dimudahkan untuk memahami kelanjutan beberapa pembahasan tentang ilmu tata bahasa arab ini. Namun siapa yang menyangka, jika kita perhatikan lebih dalam dan berkenan untuk melepaskan diri dari keterikatan kita dengan paradigma konsumtif kita tentang sebuah definisi, kita bisa memetik sebuah pelajaran dari hanya sekedar definisi, khususnya dari ilmu Nahwu sendiri. 

Untuk itu, mari kita perhatikan kembali definisi di atas. Pada kalimat kedua dari definisi,ada kata “...yang memberikan sebuah makna yang berfaidah, …”. kita berhenti di situ saja. Para Nuhat (kata plural yang digunakan untuk menyebutkan para ilmuan tata bahasa arab, atau biasa juga disbut Nahwiyyin) memberikan penjelasan tentang kata Mufid tersebut bahwa yang dimaksud dengan “yang memberikan sebuah makna yang berfaidah” disini adalah proses transferring sebuah pengetahuan atau pemahaman terhadap lawan bicara.

Namun,di sini disyaratkan, setelah proses tersebut, antara pembicara dan pendengar ada semacam keterdiaman. Maksudnya, si pembicara tidak mengulangi pembicaraan yang sama dan si pendengar tidak membutuhkan pengulangan dari si pembicara tentang apa yang disampaikan. Dalam literatur kitab-kitab nahwu, hal ini sering disebut dengan faidatan yahsunu as-sukut ‘alaiha, yakni sebuah informasi, pengetahuan, atau pemahaman yang dianjurkan adanya keterdiaman antara pembicara dan lawab bicara.

Sebelum kita melakukan analisis, mari kita simak dulu sebuah gagasan dari seorang filsuf besar tentang salah satu teorinya. Filosof muslim terkenal, Abu Nasir al-Farabi, menggagas sebuah teori tentang Kebahagiaan, yang dikenal dengan istilah Filsafat Kebahagiaan. Ia mengartikan term kebahagiaan dengan kepuasan, kelegaan, perasaan tuntas sempurna, dan tidak lagi melirik terhadap hal lain. Oleh sebab itu, kebahagiaan ini tidak terletak pada pencapaian atas hal-hal yang sifatnya material, akan tetapi terdapat pada pengetahuan untuk menyikapi hal-hal yang ada yang sifatnya material.

Filsuf yang dijuluki al-mu’allim as-tsani ini menambahkan bahwa Kebahagiaan berbanding lurus dengan kesempurnaan jiwa, sedangkan kesempurnaan ini tergantung pada pengetahuan. Semakin bertambah pengetahuan seseorang, semakin bertambah pula kesempurnaan jiwanya. Kemudian, apabila kesempurnaan jiwa ini semakin bertambah, maka semakin besar kebahagiaannya. Pengetahuan akan membuat seseorang menjadi tenang dengan apa yang dimilikinya (sukun an-nafs). Cukup sekian dulu tentang Filsafat Kebahagiaan al-Farabi dan mari kita mulai menganalisis.

Menginformasikan seseorang tentang sesuatu yang tidak ia ketahui sama sekali sebelumnya atau ia merasa sulit untuk memperoleh pemahaman tentang sesuatu tersebut, jika kemudian informasi ini sampai kepadanya,maka tentu saja akan mebuatnya merasakan sebuah kepuasan tersendiri dan memperoleh sebuah ketenangan tanpa memerlukan lagi informasi tambahan yang lain, -yahsunu as-sukut ‘alaiha-. Dengan kata lain, pengetahuan yang ia terima tentang hal yang ia pertanyakan mampu membuat kondisi kejiwaannya menjadi tersempurnakan.

jika kita memiliki bahan-bahan untuk dijadikan sebuah minuman kopi misalnya, namun kita belum tahu bagaimana membuatnya, tentu kita bertanya-tanya tentang tata cara untuk membuat minuman kopi tersebut. Pikiran yang bertanya-tanya ini merupakan gambaran dari tidak memiliki pengetahuan, sehingga jiwa merasakan sebuah kekurangan. Kemudian jika seseorang memberitahu kita tentang tata cara untuk membuat minuman kopi, maka pikiran yang tadinya bertanya-tanya akan merasa terpuaskan. Hal ini disebabkanoleh bertambahnya sebuah pengetahuan. Oleh karena itu, jiwa yang tadinya merasakan akan adanya kekurangan, kini merasa tersempurnakan oleh informasiyang telah disampaikan, yakni sebuah tata cara untuk membuat minuman kopi.

Dengan demikian, informasi yang diperoleh tersebut merupakan sebuah kalam yang mufid. Karena telah memberikan sebuah kesan yang disebutkan diatas dengan yahsunu as-sukutu ‘alaiha. Kita tidak memerlukan pengulangan tentang tata cara tadi karena setelah itu kita sudah bisa membuat minuman kopi. Di samping itu, si penyampai informasi tadi tidak perlu untuk mengulangi informasi yang sama.
Dengan begitu. menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain sama halnya dengan mentrasfer sebuah pengetahuan kepadanya, jika orang lain ini mendapatkan pengetahuan tentang apa yang belum ia ketahui sebelumnya, atau ia bertanya-tanya tentang hal tersebut, maka sama halnya dengan kita semakin menyempurnakan jiwanya. Dengan demikin, bisa kita katakan bahwa menyampaikan sebuah informasi kepada orang lain, berarti kita semakin menambah kesempurnaan atas kebahagiaannya. Dengan kata yang lebih mudah, secara filosofis, sama halnya kita membahagiakannya.

Di sini bisa kita lihat bahwa dari hanya sekedar definisi tentang kalam, jika kita perhatikan lebih dalam dengan merelasikannya kepada hal lain atau tidak hanya memandangnya melalui aspek definitifnya saja, maka dapat kita petik sebuah pelajaran. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa term-term lain dari disiplin ilmu tata bahasa arab atau ilmu nahwu, atau bahkan disiplin keilmuan lainnya, jika direlasikan dengan hal lain diluarnya, bisa melahirkan sebuah makna filosofis yang lebih besar dan tentunya lebih bermanfa’at.

@Divisi_Publikasi_PPRU 1

Senin, 25 Desember 2017

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit-PPRU1

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit

Oleh: Syifa’ur Romli

Waspada Hujan Susulan, Datangkan Lebih Banyak Penyakit-PPRU1
Kompleks PPRU1 Tampak dari Atas Aula
Oleh: Syifa'ur Romli

Musim hujan sudah menjadi hal yang wajar untuk bulan-bulan akhir dalam setiap penghujung tahun. Pada tahun ini saja, setiap daerah di Indonesia tak lepas dengan musim hujan yang terus menerus mengguyur bumi Khususnya Kabupaten Malang.

Hujan di daerah Gondanglegi mulai sering terjadi pada awal bulan Oktober, 2017. Dan akan terus berlangsung sampai akhir bulan Januari, 2018. Gejala alam berupa hujan ini sangat dikhawatirkan mendatangkan lebih banyak gejala di setiap daerah yang terlanda, khususnya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Ganjaran.

Menurut pengamatan pengurus yang juga merangkap jabatan sebagai bagian kesehatan, Ust. Nurul Imam menegaskan bahwa sepanjang musim hujan yang mengguyur desa Ganjaran mulai awal bulan Oktober kemarin, para santri Raudlatul Ulum telah banyak menderita gejala penyakit antara lain: Gatal disertai nanah, Influenza dan diare.

Hujan susulan yang mungkin lebih besar lagi dihawatirkan dapat mendatangkan lebih banyak penyakit membahayakan kesehatan santri. Terlebih penyakit-penyakit yang dapat mudah menuar seperti penyakit kulit, tifus dan infeksi saluran pernafasan. Sebab, melihat kondisi lingkungan pesantren yang sangat memungkinkan untuk menjadi sarang penyakit.

Dengan adanya prediksi tersebut, pihak pengurus Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 mulai memperhatikan kebersihan para santri khususnya dalam menjaga tempat sampah dan baju-baju untuk selalu diwaspadai oleh santri agar selalu bersih. Sebab, 75% penyakit menular yang sering terjadi di pesantren disebabkan kelalaian dalam menjaga pakaian. “Jika dibiarkan kotor lalu dicampur dengan pakaian bersih milik temannya tentunya akan lebih bahaya untuk menular” Ujar Ust. Umar, pengurus bidang Kebersihan dan Pengairan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1.

Upaya demi upaya mulai dilakukan segenap pengurus pusat dan pengurus daerah Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 untuk ikut serta saling mejaga kebersihan dan kesucian Pondok Pesantren. Mulai dari imbauan, penanganan, dan tindakan. Terlebih jika di musim hujan, sebagian besar lantai di kompleks pesantren terlihat sangat kotor.

Dalam hal ini Wakil Kepala Pesantren, Ust. Abdur Rofiq S.Pd berpendapat ketika dimintai keterangan oleh Tim Publikasi Raudlatul Ulum 1 “Kami rasa gejala musim hujan seperti halnya saat ini merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Sebab, jika diremehkan sedikit saja, maka wabah penyakit menular akan berkepanjangan dan tentunya dapat meresahkan semua pihak pondok pesantren”.

@Tim_Publikasi PPRU1

Rabu, 01 November 2017

Ronda Malam: Dulu, Sekarang, dan Selanjutnya Adalah yang Terpenting

   
Ronda Malam: Dulu, Sekarang, dan Selanjutnya Adalah yang Terpenting
Pasukan Ronda PPRU 1
Oleh: Chilmi

Pada masa-masa mula adanya ronda malam, semua pasukan berjaga bergiliran sesuai dengan hari yang telah dijadwalkan. Empat prajurit pada tiap malam meronda mengamankan area pesantren putra-putri  dari luar. Mengelilingi selingkungan pesantren beberapa kali secara berkala dan kemudian kembali ke pos ronda. Dulu, ronda malam berjalan dengan tertib.

    Dengan bersenjatakan lampu senter yang siap mengantarkan pandang mata pada tempat-tempat gelap, dan kontek untuk komunikasi jarak jauh. Dengan sigap menyentrongi tempat-tempat dimana suara-suara mencurigakan timbul. Dan tak jarang seperti kucing dan kambing turut menyumbang suara tersebut. Dulu, ronda malam adalah kegiatan yang seru.

    Berbeda dengan dulu, sekarang makin hari dengan jumlah pasukan lebih banyak, ronda malam berjalan dengan tidak lebih tertib. Banyak yang bolos, tewas di kamar masing-masing. Karena lupa pada jadwalnya atau lupa pada keprofesionalannya. Dan memang jadwal yang pernah dipampang pun hilang entah dimana. Terkadang hanya seorang dua orang saja yang meronda. Kecuali jika ada acara masak bersama, maka semua akan hadir.

    Namun, meski jarang yang hadir, tempat perondaan sering ramai dengan banyak pasukan ilegal; santri yang sebenarnya belum mendapat izin dari keamanan untuk mengikuti ronda malam. Sebagian karena disuruh dan sebagian besar karena menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk bisa keluar area pesantren di malam hari. 

    Bahkan santri yang keluar sampai berjumlah banyak melebihi jumlah yang ditentukan. Dan tidak semua mereka meronda. Hanya beberapa saja, dan yang lain hanya ngopi, roko'an, ngobrol, dan numpang tidur. Tidur berjajar tak beraturan seperti ikan asin yang dijemur. Dan beberapa yang tidur tidak bangun sampai waktu subuh lewat. Sampai-sampai ada yang tak masuk sekolah beralasan hanya karena semalam meronda. Jika tiap kali meronda dan tiap kali begitu, bukan kah lebih baik berhenti saja meronda?

    Juga hal tersebut sebenarnya membikin santri yang memiliki jadwal ronda malas bertugas. Karena sudah banyak yang meronda dan semuanya ilegal. Maka enteng saja memasrahkan tugas ronda pada siapa saja yang hadir ke pos ronda. Dan yang sebenarnya tidak memiliki jadwal ronda, legal atau ilegal, akan dengan sukarela untuk meronda karena kekosongan pos ronda. Oleh sebab itu tiap hari jumlah santri yang meronda tidak pasti. Kadang banyak kadang pula sedikit. Dan jika kebanyakan sebagian akan kembali ke pesantren, jika seorang dua orang saja maka akan segera lelap.

    Mungkin kini sudah perlu untuk menertibkan kegiatan ronda selanjutnya sebagaimana dulu, mulai pembentukan jadwal yang baru dan tim ronda yang baru pula. Menggugurkan anggota lama yang tak acuh dengan tugasnya dan melegalkan pasukan ilegal yang siap untuk tugas ronda malam. Agar tim ronda selanjutnya akan mengamankan pesantren dengan lebih tertib.

Oleh: Chilmy
@Publikasi

Sabtu, 21 Oktober 2017

Dua Santri PPRU 1 Mengukir Sejarah Lama di MQK tingkat Provinsi

Dua Santri PPRU 1 Mengukir Sejarah Lama di MQK tingkat Provinsi
Syifa'ur Romli dan Muhammad Anas
Raudlatul Ulum 1-Minggu, (15 Oktober 2017) hari itu adalah sejarah baru yang telah lama pudar di ajang perlombaan resmi antar pondok pesantren se-Jawa Timur.  Pasalnya, dua orang santri Raudlatul Ulum 1 di antaranya, Syifa’ur Romli dan Muhammad Anas berhasil menyumbangkan dua tropi dalam perlombaan tersebut. Dengan perolehan tropi Juara I Marhalah wustha Bidang Akhlaq dan Juara III Marhalah Wustho bidang Ushul Fiqh. Bertepatan sejak tanggal 13-15 Oktober 2017 yang bertuan rumah di PonPes Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto.

    Keberhasilan yang sama dalam perlombaan resmi yang digelar rutin tiga tahun sekali oleh Kementrian Agama dengan nama Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) se-Jawa Timur itu terakhir kali diraih pada tahun 2010 lalu. Dimana pada saat itu ada beberapa nama yang turut mengharumkan nama baik PPRU 1 antara lain Ust. Abdur Rosyid Juara I Marhalah Ulya bidang Fiqih, Ust. Abdur Rofiq Juara II Marhalah Ula bidang Nahwu, Ust Khoiron Halim Juara II Marhalah Ulya bidang Tafsir dan Ust. Muslimat Juara II Marhalah Ula bidang Tarikh yang diselenggarakan di Probolinggo.

    Setelah keberhasilan tahun 2010 lalu, delegasi PPRU 1 gagal di kancah Provinsi di MQK ke-IV di PonPes Nurul Cholil, Bangkalan, Madura. Dan akhirnya berhasil bangkit kembali pada tahun ini. Dua dari empat delegasi perwakilan PPRU 1 dan sekaligus mewakili Kabupaten Malang. “Suatu kebanggaan bagi kita semua, telah mengharumkan nama baik PPRU 1” Komentar Gus. Abdur Rohim Sa’id, Kepala PonPes Raudlatul Ulum 1.

    Dalam perjalanannya, MQK merupakan seleksi dari berbagai tahap untuk mencapai tingkat Provinsi dan Nasional. Mulai dari seleksi perlombaan antar PonPes se-Kab. Malang, Juara 1 dari masing-masing bidang kitab diambil untuk mewakili Kabupaten Malang  dan dilombakan kembali pada tahap kedua yaitu Wilayah Kerja (Wilker) dimana ada 7 perwakilan Kabupaten dan kota. Dari 14 perwakilan PPRU 1, empat diantaranya lolos ke tingkat Provinsi Jawa Timur. Dan dari empat delegasi santri PPRU 1 tersebut, hanya dua orang yang berhasil mendapatkan tropi.

    Pada pemenang 1, 2 dan 3, nantinya akan diadakan seleksi ulang untuk bisa menuju kancah Nasional. Dimana satu perwakilan masing-masing bidang kitab yang telah lolos seleksi, akan mewakili provinsi Jawa Timur untuk dilombakan dengan 37 Provinsi se-Indonesia di Jepara, bulan November mendatang.

    Di pundak kedua nama yang telah memperoleh peringkat inilah ditaruh beban yang lebih  berat lagi untuk bisa lolos dalam seleksi ulang serta mampu menembus tingkat Nasional untuk bisa mengharumkan nama baik PonPes Raudlatul Ulum 1 Malang. Sebab, kedua jawara tersebut masih berpeluang besar untuk bisa lolos dalam seleksi ulang nanti. Ust. Abdur Rofiq (sebagai: Official) dalam MQK tahun ini berpendapat, “Tentunya kami semua berharap ke-dua pemenang MQK se-Jawa Timur ini dapat lolos kembali dalam seleksi ulang sebagai perwakilan menuju tingkat Nasional nanti”.

Oleh: Ihya’ul Ulum
@_Publikasi

Senin, 09 Oktober 2017

Jihad Santri Modern-Pejuang Offline dan Online

Jihad Santri Modern-Pejuang Offline dan Online
Berakal Modern, Berjiwa Salafy
Oleh: Chilmy

Kata Santri memang identik dengan kitab-kitab klasik. Karena sebagian banyak dari waktu mereka diisi denganmengkaji ilmu-ilmu di dalamnya. Dan selain hobimengaji dan mengkaji kitab,rata-rata kaum sarungan ini juga hobi makan dan tidur, Jagongan, rokokan plus kopinya. Tradisi yang tak putus-putus di pesantren. Pembahasan dalam itu juga sering mengulas seputar masalah-masalah dalam kitab klasik. Jadi bukan hanya sekedar berkumpul, Namun juga berunding.

Jatah tidur santri, tanpa dipotong waktu jagongan, memang sedikit. Jadi Kang santri banyak yang meneruskan kisah mimpinya di kelas saat sekolah. Maka tak heran jika ada sekolah berbasis pesantren, muridnya banyak yang lelap dalam tidur, berlayar entah kemana.

Meski kitab kuning setiap hari dipelajari, tapi pengetahuan ilmu umum dan internet juga dibutuhkan. Memang di pesantren ilmu umum jarang diajarkan. Apalagi ilmu internet. Jadi, untuk dunia internet, selain facebook, kebanyakan santri masih gaptek.

Oleh karena kegaptekannya, santri menjadi malas belajar masalah internet. Dan tak sedikitdari mereka yang beranggapan: Internet itu tidak penting, internet itu lebih banyak negatif daripada positifnya, dan keburukan internetini-itu yang lainnya.
Di zaman modern ini hampir-hampir semua komunikasi menggunakan internet. Berdakwah, juga termasuk macam dari komunikasi. Jadi, jika santri buta pada internet, maka hanya bisa berbagi ilmu agama secara langsung ke telinga masyarakat.

Padahal, di zaman kini lebih banyak orang yang menghadiri media sosial ketimbang pengajian sosial. Maka akan ada lebih banyak orang awam yang bertanya masalah agama pada mbah google.

Sedang jawaban di internet belum tentu benar sepenuhnya. Menimbang banyak sekali artikel-artikel yang dibahas di dalamnya hukum-hukum syariah dari banyak golongan. Dan kesemuanya belum tentu sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah.

Oleh karena itu jika dakwah agama di internet dikuasai oleh golongan yang keliru, akan jadi banyak umat yang ikut-ikutan keliru. Dan kekeliruan jika terlalu banyak akan memberi dampak negatif bagi umat dan agama islam sendiri.

Internet memang banyak sisi negatifnya, namun sisi positif juga tak kalah banyaknya. Tergantung bagaimana niat penggunanya. Kaum sarungan perlu untuk ikut andil dalam dunia internet dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya.

Seperti mempelajari blogspot, youtubeatau lainnya, lalu menulisi danmengisi hal-halbermanfaat di dalamnya.Semisal hukum fiqih, tata cara ibadah, dan masalah agama lainnya. Dengan demikian internet akan menambahnilai+, bukan sebaliknya.Dan dengan begitu itu Santri tidak hanya bisa dakwah secara offline namun juga secara online.

Selain sisi pengajaran, aktif di dunia internertjuga dapat digunakan sebagai penghasil rizki. Sudah terbukti banyak orang yang menjadi jutawan dengan hanya nulis-nulis di blog atau menjadi youtuber. Ya, bila sukses, Kang santri tinggal duduk-duduk sambil ngajar sambil nunggu dolar masuk ke kantong rekening. Enak kan?Memiliki investasi dunia dan akhirat sekaligus.

Oleh: Dzunnuril Chilmy 1A
@_Publikasi PPRU1

Minggu, 01 Oktober 2017

Saputra Mubarroqh, Menempuh Sukar Demi Masa Depan Ummat

Saputra Mubarroqh, Menempuh Sukar Demi Masa Depan Ummat
"Saputra Mubarroqh" Santri termuda PPRU1
     Saputra Mubarroqh, demikianlah nama buah cinta dari Rahmat Ramadhani dan Nurhasanah yang lahir di Pontianak pada tanggal 26 September 2009 ini. Santri kecil ini berhenti menempuh pendidikan formal saat kelas 2 SD demi melanjutkan pendidikan agama dengan nyantri di Pondok Pesantren “Raudlatul Ulum 1” Ganjaran, Gondanglegi, Malang. Dan perlu diketahui bersama, bahwa inisiatif untuk berangkat ke pesantren timbul atas niat dirinya sendiri.

     Di usia yang pada umumnya masih menikmati indahnya masa kecil, bermain dan bermanja pada orang tuanya, justru sebaliknya bagi seorang ernama Syaputra ini. Putra (panggilan akrabnya) mengaku bertujuan hendak menghafal Al-Qur’an, menjadi hafizh qur’an sebagamana yang sering dia lihat di TV. “Kalau hafal Qur’an, nanti Putra bisa masuk TV”, dengan kobar semangatnya, begitulah jawaban darinya saat ditanya tentang perihal yang memicu adanya niat untuk menghafal Al Qu’an.

     Di kalangan pesantren, Putra adalah santri dengan usianya yang paling dini dan di perlakukan secara khusus dalam segala sisi. Dan kini P. Muslimat (Bendahara 1 PPRU 1) selaku Pengurus Pesantren  mendapatkan amanat dari orang tua Putra untuk mengurusinya. Begitulah Putra, Anak kecil pemberani ini menjalani masa kecilnya yang bisa dikatakan terlalu dini untuk jauh dari orang tua, “Kangen, tapi nggak dipikirin, kan udah banyak teman”, jawabnya lucu.

    Pada kehidupan sehari-harinya, Putra bisa dikatakan berbeda dengan santri lain. dimana ia sering bermain dari pada belajar dan hal itu wajar adanya. Ada beberapa hal lucu tentang kisah kesehariannya di pondok. Bahwa dia sering ngompol, dan alangkah beratnya tugas pengurus pesantren dengan kebiasaan anak kecil yang satu ini.

Disisi lain, ia juga sering menangis seorang diri karena teringat akan kedua orang tuanya di rumah. Sebagai penawar saat ia menangis, cukup sajikan serial Upin dan Ipin. Tontonan kesukaan anak seusianya di jaman ini. Menurut keterangan Ustadz Syifa’ur Romli (Ketua Publikasi PPRU 1), santri kecil ini bisa dikatagorikan cerdas, sebab tak sedikit dari apa yang diajarkan pengurus pesantren dapat ia tangkap dan hafal dengan baik tanpa pengulangan.

Pepatah berkata, belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, oleh karena itu, semoga dengan usia gemilang yang dimilikinya, Putra dapat menggapai apa yang ia cita-citakan, dan semoga ia menjadi anak sholih. Sebab, menuntut ilmu seusianya masih belum begitu kenal dengan dunia bebas yang cenderung merusak ini.

Dengan ini, maka harapan besar digantungkan bagi pondok pesantren secara khusus untuk dapat mempertahankan kiprahnya demi dapat mengangkat derajat kedua orang tua dan menjadi putra yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Oleh: Jihad Fisabilillah
@Devisi_Publikasi

Sabtu, 30 September 2017

Gus Mubarok dan Ning Raudlah Bersatu di Pelaminan

   
Gus Mubarok dan Ning Raudlah Bersatu di Pelaminan
Keluarga Besar KH. Mukhlis Yahya
Minggu, (4 September 2017) kemarin, mungkin menjadi hari dimana tercatat kembali sejarah paling berkesan di dalam dunia kepesantrenan di desa Ganjaran. Pasalnya, pada hari itulah dilangsungkan pernikahan antara putri pertama KH. Mukhlis Yahya yaitu Ning Hilyatud Diniyah dengan Putra ke-4 dari KH. Ahmad Sarimin.

    Bagaimana tidak, keduanya merupakan buah hati dari pengasuh pondok pesantren yang berbeda. Pondok pesantren Raudlatul Ulum 1 dan pondok pesantren Al-Mubarok Ganjaran selatan (Madura: Jar Laok).  Rencana untuk menyatukan keharmonisan serta kerjasama antar pesantren Ganjaran yang telah lama didambakan ini akhirnya dapat terwujud. Sebab, hampir seluruh pondok pesntren yang berada di radius desa Ganjaran satu sama lain memiliki ikatan kekerabatan. Hanya pondok Al-Mubarok yang masih belum bersatu.

    Resepsi yang didahului pertama kali di kediaman (Ndalem) mempelai pengantin putri ini berlangsung sangat meriah. Dengan rangkaian acara penempatan khotmil Qur’an pada pra resepsi yakni hari Sabtu, kemudian dilanjut dengan rangkaian acara pernikahan di hari Minggu sampai Senin. Kemeriahan semakin mengental dimana malam pertama dan kedua dari resepsi tersebut dimeriahkan dengan penampilan Orkes Gambus Religi dari personil Al-Khozini Queen dengan  Al-Madinah.

    Diambil dari  catatan kepanitiaan dalam resepsi pernikahan tersebut terdaftar, bahwasannya tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut mencapai angka 1400 untuk undangan putra, serta 1250 untuk  undangan putri. Seluruhnya tergabung dari para kiyai, alumni, tokoh masyarakat serta undangan biasa. Ustadz Abdur Rofik selaku ketua panitia dalam acara tersebut berkomentar “Saking meriahnya acara resepsi pernikahan ini, bahkan melebihi kemeriahan Khaul Akbar Masyayikh. Baik dari konsep acara, tamu undangan yang hadir serta suasana kemeriahan yang terjadi”.

    Kepanitiaan yang dibentuk dalam acara ini selurunya tergabung dari para santri putra-putri dari kalangan pengurus, santri, serta alumni terdekat. Sekitar 60 personil panitia dikerahkan demi mensukseskan acara besar itu. SEbagian diantaranya antara lain, among tamu, penerima tamu, seksi cuci piring (Madura: Rakora), angkat barang sampai petugas parker. Koordinator dari seksi cuci piring yakni Ustadz Ni’matul Khoir berujar “Banyaknya perabotan yang harus kami bersihkan setiap waktu sampai-sampai membuat personil kami yang berjumlah sepuluh orangpun kewalahan. Luar biasa”.

    Masing-masing dari kedua keluarga dari mempelai pengantin ini merasa sangat bersyukur atas bersatunya keturunan mereka. Sebab, dengan jalur menyambung tali kekerabatan ini diharapkan adanya persatuan serta kesatuan dan keharmonisan antar pesantren serta para tokoh kiyai di desa Ganjaran. Serta tidak ada lagi perpecahan yang diakibatkan ketidak akraban dari pihak pesantren manapun.

Oleh: Syifa'ur Romli
Jangan Lupa Share Nggeh.